Pilih produk yang ingin anda beli. Klik Detail, lalu klik tombol Add to Cart
Klik tombol View Your Cart yang ada di atas halaman (header) sehingga muncul pop up keranjang belanja. Klik tombol Check Out With
Isikan alamat tujuan pengiriman, kemudian klik tombol Terapkan untuk menampilkan opsi layanan pengiriman yang diinginkan. Pilih salah satu layanan pengiriman. Kemudian Isi detail pengeriman seperti nama, nomor telpon dan lain-lain.
Kirim bukti transfer di halaman Konfirmasi Transfer. Bukti transfer berformat gambar dan tidak lebih dari 100MB
Untuk melihat status pesananmu, bisa melalui email atau ke halaman Cek Status Pesananku
Kategori Buku | : Non Fiksi |
Penulis | : Tim Walikutub Saklusin 12 |
Jumlah Halaman | : 245 halaman |
Dimensi | : 14 x 20 cm |
ISBN | : 978-623-247-323-2 |
E-ISBN | : 978-623-247-324-9 |
Tahun Terbit | : 2020 |
Editor | : |
Desain & Penata Letak | : |
“Buku ini merupakan buku yang sangat menarik untuk dibaca karena mengandung aspek empiris, pengalaman, dan kesejarahan dari penulis yang sekaligus pelaku sejarah untuk perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dan sekaligus sebagai salah satu tokoh pelopor pendirian Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Oleh karenanya, ini akan semakin memperkaya literasi khususnya untuk generasi muda dalam rangka semakin memahami sejarah dan mengambil hikmah serta pelajaran tersendiri untuk bisa menjadi referensi berjuang pada zamannya dengan semangat yang dimiliki oleh para pendahulu, baik semangat untuk berjuang merebut kemerdekaan maupun semangat untuk membangkitkan khazanah literasi pada generasi Nahdliyyin pada masa itu maupun berorientasi untuk masa depan.”
(Dr. H. Achmad Chudlori, S.S., M.Pd., Koordinator Madrasah Bertaraf Internasional Amanatul Ummah)
“Buku ini disusun dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami. Bagi mereka yang belum mengenal sejarah tokoh-tokoh pendiri NU akan mendapatkan informasi asli terpercaya dari K.H. Abdul Chalim, Sang Katib Tsani NU pertama. Sejarah mengajarkan kita, generasi muda yang belajar dengan kerja keras dan bertakwa akan menjadi pemegang estafet pemimpin NKRI masa depan.”
(Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D)
“Tulisan yang sangat bagus, kaum Nahdliyyin jika menghendaki sejarah NU dengan baik dan asli, buku ini sangat pas. Semoga bermanfaat bagi semua masyarakat.”
(TGH. Lalu Muhammad Turmudzi Badaruddin, Mustasyar PBNU)
“K.H. Abdul Chalim adalah salah satu tokoh penting dalam pendirian Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926. Untuk mempertegas, di belakang nama beliau disematkan kata Leuwimunding. Peran penting beliau di NU, antara lain dibuktikan dalam kepengurusan pada awal pembentukan PBNU, beliau menjabat sebagai katib tsani (sekretaris kedua) dalam jajaran Syuriyah, menyertai sahabat beliau, Katib Awal NU pertama, KH. Abdul Wahab Hasbullah. Persahabatan beliau dengan Kiai Wahab dimulai pada 1914, ketika beliau menunaikan ibadah haji. Bersama Kiai Wahab dan para kiai lainnya, beliau aktif dalam Nahdlatul Wathan dan ketika NU berdiri, Kiai Chalim mendapatkan tugas mengonsolidasikan para kiai dan ajengan wilayah Jawa Barat dan Banten. Para kiai adalah para alim yang sangat cinta negeri. Wajarlah misalnya pada 1947, bersama rakyat dan tentara beliau menyusun strategi melawan Belanda. Pada 1948 beliau gigih menentang keras berdirinya Negara Pasundan yang diprakarsai Belanda.”
(Yusuf Suharto, Peneliti Aswaja Center Jatim)
“Biografi singkat ini cukup spesial karena dua alasan: Pertama, ditulis oleh orang dekat yang merupakan tokoh generasi awal Nahdlatul Ulama. Kedua, disusun dalam bentuk nadhom (syair) berbahasa Indonesia. Sebuah tambahan sumber pengetahuan yang menarik tentang khazanah kisah KH. Abdul Wahab Hasbullah, sosok ulama besar pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama sekaligus pahlawan nasional kita.”
(Dra. Hj. Ida Fauziyah, M.Si., Menteri Ketenagakerjaan RI Periode 2019-2024)
“Manusia adalah makhluk yang dapat menulis sejarah. Sejarahlah yang membentuk asal-usul manusia, generasi, organisasi, bahkan komunitas bangsa demi mempertahankan eksistensi generasinya di masa depan. Pendeknya, tanpa memahami sejarah masa depan akan suram tanpa pijakan. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an: “Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan hendaklah seseorang meneliti apa yang terdahulu (sejarah) untuk kepentingan hari esok (masa depan).” Saya sangat bangga kepada para penulis dan peneliti yang merekam sejarah dan meneliti turats/manuskrip tulisan lama sebagai pengingat bagi generasi berikutnya sekaligus sebagai pijakan bagi perjuangan bangsa Indonesia di masa depan nanti.
Sejarah NU tidak akan lepas dari sejarah para pendirinya, termasuk K.H. Wahab Hasbullah. Riwayat tentang K.H. Wahab Hasbullah tergolong masih minim, buku ini menjadi suatu khazanah original tentang K.H. Wahab Hasbullah, apalagi diteliti dari sumber turats/tulisan tangan dari orang yang sangat dekat dengan K.H. Wahab Hasbullah yaitu K.H. Abdul Chalim, Katib Tsani NU pertama (assabiqunal awwalun).
Para generasi NU tentu akan merugi bila tidak membaca buku ini, apalagi tidak sanggup mengambil pelajaran dari Sang Pendiri NU, K.H. Wahab Hasbullah sekaligus K.H. Abdul Chalim. Para pejuang dan generasi muda NU wajib membaca buku ini demi kemajuan NU di masa yang akan datang.” Semoga bermanfaat!
(Dr. Jazilul Fawaid, SQ/Wakil Ketua MPR-RI/Kornas Nusantara Mengaji)
“Ulama dan kiai Nahdlatul Ulama (NU) itu dahsyat. Di tengah dominasi budaya lisan masyarakat Nusantara dan penindasan kolonialisme, mereka sudah terbiasa dengan tradisi tulis menulis sebagai bagian dari transmisi informasi dan keilmuan. Tanpa disadari mereka membentuk kultur literasi pesantren yang ilmiah dan memesona. Kelak hal ini akan berkontribusi besar bagi ranah demokratisasi bangsa Indonesia. Salah satunya adalah K.H. Abdul Chalim Leuwimunding (1898—1972), seorang tokoh penting dan saksi sejarah perjuangan pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Kiai yang merupakan sahabat dan sekaligus santri Mbah Wahab ini dikenal pandai berkidung dan menguasai ilmu balaghah. Beliau banyak menulis nadhom atau syair-syair berbahasa Arab untuk memompa perjuangan para santri dalam menghadapi kolonialisme maupun dinamika zaman pasca kemerdekaan.
Buku yang mensyarahi karya Kiai Chalim ini menarik karena dua hal. Pertama, karya Kiai Chalim ditulis dalam bentuk nadhoman pegon, sebuah karya sastra yang—menurut saya—berkelas. Kedua, isinya merupakan kesaksian Kiai Chalim atas kiprah perjuangan Mbah Wahab selaku pendiri NU. Rasanya tidak banyak karya sejarah terkait dengan perjuangan para pendiri NU maupun berdiri dan berkembangnya NU itu sendiri yang ditulis oleh pelakunya langsung. Jadi, dengan buku ini kita sekaligus tabarukan dengan Kiai Chalim dan Mbah Wahab sekaligus.”
(M. Hanif Dhakiri, S.Ag., M.Si., Mantan Menteri Ketenagakerjaan RI Kabinet Indonesia Kerja 2014-2019)
“Buku ini sangat autentik, dan ber-nash karena ditulis langsung oleh pelaku sejarah K.H. Abdul Chalim dalam bentuk yang sangat puitis. Pesan yang dapat kita tangkap dari buku ini antara lain bahwa mengelana mencari ilmu agama dari satu pesantren ke pesantren lain seperti yang dilakukan oleh Mbah Wahab menginspirasi kita bahwa mencari ilmu agama dan menjadi ulama memerlukan keuletan dan kegigihan dalam rentang waktu yang demikian panjang.”
(Prof. Dr. Aom Karomani, Rektor Universitas Lampung)
“Dalam teori perubahan sosial dikenal teori “The Great Man”, bahwa perubahan sosial dapat digerakkan oleh hadirnya tokoh, “sosok besar” yang mengajak dan menginspirasi perubahan. Kehadiran tokoh besar tersebut saat ini tidak hanya dimaknai “hadir secara fisik” namun juga hadir melalui buku-buku sejarah tentang tokoh-tokoh besar itu. Atas dasar itulah maka penulisan sejarah K.H. Abdul Wahab Hasbullah menjadi sangat penting.
Perjuangan tokoh besar tersebut beserta gagasan dan pemikirannya tentang keislaman, nasionalisme dan kebangsaan, saat ini penting untuk dimunculkan kembali dalam ingatan publik dan segenap anak bangsa. Pada konteks itulah apresiasi dan penghargaan atas hadirnya buku ini layak diberikan.”
(Dr. KH. Tatang Astaruddin, S.Ag., S.H., M.Si., Pimpinan Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Al-Islamy, Kota Bandung)
“Sebuah buku sejarah unik yang ditulis dengan keikhlasan. Singkat, padat, dan berisi sebagaimana kepribadian penulisnya, Kiai Abdul Chalim. Sebuah kesaksian cinta dan penghormatan kepada guru sekaligus teman dan sahabat seperjuangannya, yakni KH. Abdul Wahab Hasbullah.”
(Dr. Baiq Mulianah, M.Pd.I., Rektor UNU NTB, Ketua Yayasan Ponpes NU Ta’limusshibyan Bonder, & Sekretaris Wilayah Muslimat NU NTB)
“Tidak banyak karya yang mampu memotret sejarah NU, secara substantif melalui pelaku utama sejarah perjuangan. Buku ini disusun oleh Tim WALIKUTUB SAKLUSIN 12 MBI Amanatul Ummah ini, cukup representatif untuk menjelaskan dan memahami sejarah NU. Dan salah satu pendirinya, K.H. Abdul Wahab Hasbullah melalui saksi autentik perjalanan NU K.H. Abdul Chalim, karena itu buku ini sangat layak untuk dibaca oleh kaum Nahdliyyin dan civil society lainnya.
(Markus, S.Pd., M.M.Pd., M.H., Kepala Kantor Kemenag Kab. Gresik)
“Buku ini memberikan informasi yang baik tentang peran sejarah dari salah satu pendiri Nahdlatul Ulama dan pengasuh pesantren atas kemerdekaan dan merawat serta memajukan Indonesia. Harus dibaca oleh semua usia!”
(Ahmad Suaedy, Anggota Ombudsman RI, Dekan Fak. Islam Nusantara UNUSIA Jakarta)
“Sejarah adalah fakta yang tidak akan lekang oleh waktu. Kisah sejarah orang besar akan jadi spirit bagi generasi penerus untuk terus berkarya meneruskan perjuangannya. Dua tokoh sentral Nadhlatul Ulama selama ini adalah Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Sedikit sekali buku yang mengupas sepak terjang perjuangan kedua tokoh ini, terutama bagaimana perjuangan mereka mendirikan dan membangun Nadhlatul Ulama.
Karena itulah, buku tentang sejarah perjuangan K.H. Abdul Wahab Hasbullah ini sudah tentu akan jadi obat penawar haus dahaga warga Nahdiyyin yang ingin tahu bagaimana perjuangan para pendiri NU ini di tanah air. Buku ini sangat bermanfaat karena tidak hanya mengupas bagaimana kerasnya perjuangan K.H. Abdul Wahab Hasbullah, tetapi juga bagaimana langkah dan perjuangan beliau dalam mengawal Islam termasuk bagaimana kontribusi para kiai dalam mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai zaman penjajahan hingga merdeka. Saya sarankan, semua warga Nahdliyyin wabilkhusus generasi muda NU nantinya wajib memiliki buku ini, supaya semua tahu pahit getirnya perjuangan Nahdlatul Ulama, termasuk sebaiknya buku ini juga agar jadi rujukan dan dimasukkan dalam mata pelajaran sekolah-sekolah NU yang ada di bawah Lembaga Al-Ma’arif NU serta perguruan tinggi NU.”
(K.H. M. Wahyudie, F. Dirun, S.P., M.M., Ketua Tanfidziyah PWNU Kalimantan Tengah)
“Buku yang bernilai ini memberikan kesaksian perjuangan K.H. Wahab Hasbullah yang disaksikan sendiri oleh sahabat sekaligus murid K.H. Abdul Chalim Leuwimunding, sejak sama-sama di Mekah hingga sama-sama berjuang untuk kemerdekaan, kelahiran NU dan kokohnya Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. K.H. Abdul Chalim rela berjalan kaki 14 hari dari Leuwimunding-Majalengka ke Surabaya dengan hanya memakan kunir (kunyit) demi bisa menemui Kiai Wahab.
Ada beberapa tonggak penting peran keduanya: Pertama, mendirikan NU sekaligus menjamin eksistensi Islam Ahlussunnah wal Jama’ah di Mekah melalui utusan Komite Hijaz dan menjadi paham keislaman terbesar di Indonesia. Kedua, mewujudkan kemerdekaan Indonesia dengan gerakan cinta tanah air (melalui Nahdlatul Wathan), gerakan ekonomi (melalui Nahdlatut Tujjar) hingga menjadi gerakan ulama (Nahdlatul Ulama) serta Resolusi Jihad 22 Oktober 1945. Ketiga, K.H. Wahab Hasbullah dan K.H. Abdul Chalim adalah pendamping utama Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari dalam pendirian dan perjuangan Nahdlatul Ulama hingga mewujudkan kemerdekaan Indonesia.”
(Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag., Ketua PWNU NTB)
“Ketika membaca buku ini, seakan kita dibawa ke dalam kehidupan nyata K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Kemampuan penulis memaparkan secara detail kesaksian autentik K.H. Abdul Chalim (Katib Tsani NU) tentang perjuangan K.H. Abdul Wahab Hasbullah, dapat membawa kepada pembaca memperoleh dua manfaat sekaligus: Pertama, mengenal sosok pribadi tangguh, ulama dan pejuang nasionalis yang kini ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Kedua, sisi lain dari sejarah berdirinya NU yang kita kenal sebagai organisasi Islam terbesar di negeri ini. Karena itu, buku ini menarik dan penting untuk dibaca dan dikaji bukan saja oleh para santri dan aktivis NU, tetapi juga oleh masyarakat Indonesia secara umum.”
(H. Gunari A. Latief M.Si., Aktivis NU, Ketua Koperasi NU Jawa Tengah)
“Buku ini menggambarkan kejadian secara autentik, melukiskan perjuangan ulama dalam menegakkan kebaikan dan kebenaran secara terorganisir melalui Nahdlatul Ulama. Buku ini ditulis dengan baik, serasa memasuki mesin waktu, menjelajahi pikiran dan perjuangan ulama besar pada zamannya.
Buku sejarah ini menguraikan pengalaman masa lalu yang sudah teruji, untuk dipelajari darinya, sebagai modal pengetahuan untuk menapaki masa kini dan masa depan. Salut untuk para penulisnya, buku yang sangat layak menjadi referensi siapa pun yang ingin hidupnya bermakna.”
(Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, M.T., Direktur Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat )
“Buku sejarah yang ditulis oleh pelaku sejarah ini memberikan efek autentisitas yang lebih kuat dibandingkan dengan buku sejarah yang ditulis oleh sejarawan. Apalagi sejarawan yang berasal dari generasi yang berbeda. Buku ini merefleksikan ungkapan tersebut, sekalipun ditulis dalam bentuk nadhom pegon. Memang sudah seharusnya buku sejarah ditulis oleh para pelaku sejarah agar tidak terjadi anomali, reduksi, dan paradoks kesejarahan. Jika selama ini ada ungkapan “sejarah ditulis oleh para pemenang” maka buku ini mengubahnya menjadi “sejarah ditulis oleh para pelaku sejarah.”
(Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag., M.A., Ph.D., Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya)
“Sangat menarik, selain ditulis oleh pelaku sejarahnya sendiri, buku ini juga memuat sisi lain yang tidak banyak terungkap dalam buku-buku sejarah perjuangan NU maupun KH. Wahab Hasbullah”
(Dr. H. Abu Hapsin, MA., Ph.D., Ketua Umum PWNU Jawa Tengah)
Keyword : Sejarah, Perjuangan, Kiai, Haji, Abdul, Wahab, Dalam, Perspektif, Saksi, Autentik, Sejarah, NU,, K.H., Abdul, Chal, jejakpublisher, jejak publisher, jejak, publisher, Sejarah Perjuangan Kiai Haji Abdul Wahab Dalam Perspektif Saksi Autentik Sejarah NU, K.H. Abdul Chal, Sejarah Perjuangan Kiai Haji Abdul Wahab Dalam Perspektif Saksi Autentik Sejarah NU, K.H. Abdul Chal jejak publisher, Sejarah Perjuangan Kiai Haji Abdul Wahab Dalam Perspektif Saksi Autentik Sejarah NU, K.H. Abdul Chal jejakpublisher