Pilih produk yang ingin anda beli. Klik Detail, lalu klik tombol Add to Cart
Klik tombol View Your Cart yang ada di atas halaman (header) sehingga muncul pop up keranjang belanja. Klik tombol Check Out With
Isikan alamat tujuan pengiriman, kemudian klik tombol Terapkan untuk menampilkan opsi layanan pengiriman yang diinginkan. Pilih salah satu layanan pengiriman. Kemudian Isi detail pengeriman seperti nama, nomor telpon dan lain-lain.
Kirim bukti transfer di halaman Konfirmasi Transfer. Bukti transfer berformat gambar dan tidak lebih dari 100MB
Untuk melihat status pesananmu, bisa melalui email atau ke halaman Cek Status Pesananku
Kategori Buku | : Agama |
Penulis | : Azis Arifin |
Jumlah Halaman | : 171 halaman |
Dimensi | : 14 x 20 |
ISBN | : 978-623-338-316-5 |
E-ISBN | : 978-623-338-317-2 |
Tahun Terbit | : 2021 |
Editor | : - |
Desain & Penata Letak | : Galang Jati Z |
Cara memahami hadis pada dasarnya sama dengan cara
memahami perkataan seseorang. Perlu banyak aspek yang diperhatikan sebelum
perkataan tersebut disimpulkan. Barangkali mudah saja saat memahami seruan
seorang dosen kepada mahasiswanya untuk tidak mengerjakan soal UAS disertai
dengan ungkapan “bagi yang telah menerbitkan artikel jurnal”. Tetapi akan
sangat sulit memahami seruan tersebut tatkala tidak dibarengi dengan
pengkhususan, pengecualian atau penjelasan setelahnya. Belum lagi, seruan
tersebut disampaikan di waktu yang berbeda dengan mahasiswa yang berbeda pula.
Demikianlah gambaran sederhana mengenai pemahaman sebuah terhadap sebuah hadis.
Hal inilah yang kemudian menjadi sorotan banyak ulama. Beberapa
dari mereka menelurkan buah pikirnya melalui karya populer yang hingga kini
dapat kita nikmati. Sebut saja Muṣtafa al-Sibā’ī (w. 1383) dalam al-Sunnah wa Makānatuhā fī Tashrī’ al-Islāmī, Ṣalāḥ al-Dīn al-Idlibī (w. 1403) dalam Manhaj al-Naqd al-Matn ‘ind ‘Ulamā al-Ḥadīṡ al-Nabawiyy, termasuk Musfir ‘Azmullāh al-Damīnī (w. 1406) dalam Maqāyīs Naqd Mutῡn al-Sunnah-nya, Muḥammad al-Ghazālī (w. 1416) dalam al-Sunnah al-Nabawiyyah baina Ahl
al-Fiqh wa al-Ḥadīṡ dan Muḥammad Ṭāhir al-Jawābī (w. 1433) dalam Juhῡd al-Muḥaddiṡīn fī Naqd al-Matn al-Ḥadīṡ al-Nabawi al-Sharīf. Kemudian Nῡr al-Dīn ‘Itr (w. 1442) dalam Manhaj al-Naqd fī ‘Ulῡm al-Ḥadīṡ, tak lupa ulama Nusantara
juga ikut andil yaitu Ali Mustafa Yaqub (w. 1437) dalam al-Ṭuruq al-Ṣaḥīḥah fī Fahm al-Sunnah
al-Nabawiyyah. Nama dan karya yang disebutkan terakhir inilah yang
memberikan ketertarikan tersendiri kepada saya untuk menyorotinya.
Buku ini berusaha
mengaplikasikan metode Ali Mustafa Yaqub dalam memahami hadis intoleransi.
Alasan yang paling mendasar adalah karena metode yang ditawarkan Yaqub tampak
lebih sederhana dan user-friendly. Hal ini tidak saja memudahkan
seseorang dalam memahami hadis, tetapi juga memberikan kesempatan kepada mereka
untuk melihat hadis dari sudut pandang yang komprehensif. Demikian dimaksudkan
agar seseorang tidak terjebak dalam pemahaman tekstual yang akan membawa pada
pengamalan agama yang eksklusif. Alih-alih beramal sesuai dengan sunnah Nabi,
justru meninggalkannya tanpa disadari.
Keyword : Inklusif, Memahami, Hadis, Intoleransi, jejakpublisher, jejak publisher, jejak, publisher, Inklusif Memahami Hadis Intoleransi, Inklusif Memahami Hadis Intoleransi jejak publisher, Inklusif Memahami Hadis Intoleransi jejakpublisher